Sepenggal Perjalanan (Part1)


Berat sekali melangkahkan kaki menuruni bukit waktu itu, bayangan anak anak masih terlalu kuat untuk ditinggalkan. Tidak terasa sudah menginjak hari ke 7 dan pagi itu kami akan pulang. Pagi itu adalah pagi terakhir kuhirup udara desa di atas gunung yang segar, pagi dimana  kusesap kopi terakhirku dan sarapan di teras rumah tempat kami tinggal.


“Kan kutinggalkan kau kembali Tamong kecilku
Aku tahu hatiku sangat mengasihimu, dan tiap perpisahan selalu menyedihkanku”
Kurasa Tuhan memang sangat mengasihimu, kau khusus....kau membuatku remuk tiap kali membayangkanmu, mendoakanmu. Kau sangat bahkan terlalu sederhana. Dalam kemauanmu engkau sangat lemah, kau bodoh..anak anakmu mengenal aksara namun tak dapat melafalkannya dengan baik. Kau tidak mengenal teknologi, namun sangat menyedihkan kau banyak melakukan dosa. Kau membuat upacara - upacara pada pohon dan batu. Kau meremukkan hatiNya, namun Dia tetap mengasihimu
Kau hijau dan tak tersentuh, terlalu sulit menjangkaumu.
Kami datang padamu dengan waktu yang singkat, membawa mimpi mimpi untuk mengubahmu. KasihNya padamulah yang membawa kami sejauh itu. 
Aku, salah satu yang Ia panggil ke sana. Kuberi 10 hari dari tiap 365 hari untu kulewatkan tiap tahun datang padamu. 3 tahun sudah terlewati dan masih dengan cara yang sama...kuberi 10 hariku, kuberi sedikit milikku lalu berangkat menuju tempatmu. Perjalanan yang jauh dari kota riuh ini untuk mengahabiskan 7 hari bersamamu, 3 hari sisanya adalah hari hariku di jalan ribuan kilo menempuh jalan beraspal, sungai lalu pegunungan berbatu
Kali ini , untuk ketiga kalinya dengan cara serupa aku datang membawa program dan rencana yang telah disusun oleh Tim tahun ini. Kami berharap kedatangan kami membawa perubahan padamu. Dan bila kami melihat sekecil perubahanmu maka hati kami luar biasa bersukacita. Banyak hal yang kami ajarkan, tapi kutahu itu hanya 10/365 dari hidup yang biasa kami lalui..., mau berharap apa mau mengubah apa? Bahkan untuk membangun sebuah rumah batu pun perlu berbulan bulan menyelesaikannya. Kubiarkan saja pertanyaan itu mengendap
Ah desa kecil, ribuan kilo kita telah terpisah saat ini dan aku tidak tau apakah kau masih mengingat tiap firman yang kami bawa, apakah dosa - dosa itu telah kau tinggalkan, apakah ada perubahan pada diri anak - anakmu. Aku tidak tahu. Berharap pada Sang Pemberi Pertumbuhan untuk menjagamu selalu di sana.

Bapaku, Dia sangat mengasihimu. Saat ini hanya bait - bait doa yang kutitipkan padaNya tentangmu di sana. Apakah kasihku ini kasih yang pengecut entahlah. 
“Bukan aku yang telah memberimu banyak, tapi kaulah yang telah memberiku banyak hal”
Hari itu tergabung di rombongan ketiga kukumpulkan dayaku lalu beranjak meninggalkanmu, tapi aku tau aku akan kembali...suatu hari jika Bapaku mengijinkannya. Hari hari di sana mengajarku bahwa pelayanan bukanlah masalah seberapa banyak yang sudah aku lakukan tapi seberapa dalam aku dapat mengerti hati Bapa

“Bukan seberapa banyak yang sudah aku lakukan, tapi seberapa dalam aku dapat mengerti hati Bapaku”

Category:

0 comments:

Posting Komentar