Cinta bersayap


“Kau tidak akan tau kapan dia terbang mendekat lalu tiba-tiba hilang sekejap meninggalkanmu dengan sejuta luka”

Kadang kita tidak akan tahu berapa kali cinta akan datang dan berapa kali dia juga akan pergi dan kapan yang sejati akan tinggal tetap. Cinta singgah ketika sepasang anak manusia menaitkan hati yang dimulai dari pertemuan biasa..sangat biasa, hingga berlanjut pada sebuah komunikasi yang intens. Hati tak mungkin bohong ketika rasa nyaman telah tinggal disana dan sejak itu mulailah komunikasi berubah menjadi perhatian perhatian kecil,  mengalir dalam pertanyaan pertanyaan sederhana yang menjadi besar maknanya karena hati yang tulus

Disana di komunikasi dia terpupuk, bisa dicegah untuk bertumbuh tapi akan sangat sulit mencabut akarnya. Kusebut itu ‘Jatuh’. Tidak ada seorang pun yang sengaja untuk jatuh, karena jatuh hanya terjadi sekejap, seperti sebentar menutup mata lalu ketika membukanya kau dapati dirimu tergeletak tak berdaya. Ya..cinta membuatmu jatuh tergeletak tak berdaya, menghujam seluruh perasaaan dan mengambil alih setiap sudut neuron di otak. Jatuh, dan tak mampu melawan, menjadi bodoh dalam sampai batas waktu yang tak ditentukan, dan  terombang ambing oleh luapan ombak perasaan yang entah dari mana dia berasal. Percuma meronta, karena sayap cinta terdiam di sana, tak terkepak lagi. Sengasara!

Sayap cinta terdiam, dan berusaha untuk dihempaskan. Dihempaskan karena mengubah seluruh kehidupan menjadi tidak normal, mengubah fokus penglihatan menjadi gambar yang sama. Ada sesak yang membendung di pikiran dan di tiap-tiap sendi tulang. Sengsara! Seperti terperangkap dalam sebuah labirin berputar putar di tempat yang sama dan kembali dia, dia, dia lagi.
  
Wahai sayap cinta, tinggallah disana menetap, kasihanilah jiwa yang rapuh..jangan kau ombang ambingkan. Kasihanilah rindu yang tertahan kasihanilah kami, seonggok daging mengharap warna kehidupan darimu










Sayap Yang Patah


Ya Tuhan aku berharap hari ini gerhana menyelimuti bumi setidaknya hingga malam. Berharap tak ada siang tak ada pagi tak ada sinar...seperti seluruh sinarku juga pergi meninggalkanku sendiri dalam gelap. Hari itu cintaku terangku memalingkan wajahnya beranjak memunggungiku lalu pelan-pelan terangnya memudar di kejauhan. Hancur seketika rasanya ketika harapan, mimpi masa depan yang sudah dibangun selama ini dihempaskan begitu saja. Rasanya sudah tamat, tak ada lagi keinginan untuk bermimpi. Ingin kuhentikan garis waktu, tak ada gunanya dia berputar karena semuanya sudah terlarut dalam dukaku. Airmata menjadi makananku siang dan malam, tulangku terasa kering hingga ke sumsum. Jangan bangunkan aku terang, lelapkan aku malam. Jangan dorong aku waktu, bisu dan membekulah.




Kulukis wajah dan senyummu di bentangan langit


Angin mencoba menghapusnya, dan kulukis lagi

Kupindahkan kanvasnya ke dalam hatiku, terasa pilu. Mungkin kanvasnya terlalu tajam..

Ingin kuhempas..tapi..

Bagaimana mungkin tiap lekuk di wajah itu kulupakan, meski kenangan tak selalu manis. Meski perjumpaan tak selalu berakhir bahagia

Lukisan itu biar tetap disana di bentang langit tiap ku menatap..

Sesekali saja dia kukenang, lukisan di bentang langit