Masih Ada Waktukah Memandang Salib Kembali? - Perenungan masa Pra-Paskah -


Passion_of_the_Christ_by_SaviourMachine.jpg

Alarm berbunyi kencang sekali pagi itu, jam 05.00 pagi? ah bukan sudah beranjak 10 menit..aku beranjak tergesa ke kulkas mengambil setiap bahan makanan yang harus kupersiapkan untuk makan pagi dan untuk bekal siang tentunya. Bekal khusus karena niatku untuk menurunkan berat badan. Butuh 40 menitan untuk mempersiapkan segalanya. Berikutnya kutarik handuk yang menggantung, mandi secepatnya 10 menit cukup, toh rambutku belum terlihat lepek kok, dan semua kegilaan itu berakhir tepat di pukul 06.00. Mengenakan handuk melekat di badan, kutarik Alkitabku ku berseru “Tuhan hari ini aku tak bisa berlama - lama, aku bangun telat pagi ini..mengertilah ya”...
Kuselesaikan doa pagiku, dan secepatnya berbenah..ah dandan nanti saja di kantor yang penting tangan menyentuh mesin yang menjadi musuh harianku sebelum pukul 07.30. 
Fiuhh...sangat lega bila tiba di kantor lebih awal, yang kupikirkan bukannya bersyukur tiba dengan selamat tapi memaki mesin sialan yang selalu membuat jantungku hampir melompat. Hampir tiap hari aku mencuri waktu untuk dandan agar terlihat profesional, setelahnya kubuka agenda hari itu, dan aku berdoa supaya apapun yang kukerjakan berhasil. Aku berkali kali meminta keberhasilan dari Dia..aku marah bila hasil yang kudapatkan tidak sesuai dengan kerja kerasku, ak mengadu padaNya bila disakiti teman kerjaku...
Oh iya satu lagi, dalam keseharianku BB tidak pernah lekang dan lepas dari tanganku, aku lebih sering melakukan update ke twitter dibanding pada Tuhan. Mengambil perhatian di lini massa itu jauh lebih menyenangkan, bahkan hingga malam menjelang menggantikan waktu - waktu doaku..lini massa terus menyedot perhatianku lewat notifikasi mereka.
Malam itu dalam perjalanan pulang ke kost, ada suara lembut yang menyentuh hatiku..suara yang hampir tak terdengar karena suara kernek dan metromini 640 yang sangat keras. Suara itu kuabaikan, dan kuganti dengan suara MP3 ku..sambil menenangkan pikiran yang jauh lebih ribut dari seluruh aktivitas pada hari itu. Lalu lagu ini terdengar :
On a hill far away, stood an old rugged Cross
The emblem of suff'ring and shame
And I love that old Cross where the dearest and best
For a world of lost sinners was slain
Oh, that old rugged Cross so despised by the world
Has a wondrous attraction for me
For the dear Lamb of God, left his Glory above
To bear it to dark Calvary
In the old rugged Cross, stain'd with blood so divine
A wondrous beauty I see
For the dear Lamb of God, left his Glory above
To pardon and sanctify me
To the old rugged Cross, I will ever be true
Its shame and reproach gladly bear
Then He'll call me some day to my home far away
Where his glory forever I'll share
So I'll cherish the old rugged Cross
Till my trophies at last I lay down
I will cling to the old rugged Cross
And exchange it some day for a crown
Pikiranku sangat ramai dengan pengertianku sendiri, dengan target dan seluruh scheduleku...dengan perasaan, emosi yang tidak menentu bercampur aduk. Aku coba berkonsentrasi mendengar suara itu. Aku diingatkan bahwa sebentar lagi Paskah, waktu dimana karya keselamatan Tuhan kukenang, waktu yang juga adalah pertobatan pertamaku di tahun 2000, waktu dimana Tuhan juga megambil ayah terkasi. Diam.
Perlahan aku dapat mendengar suara teduh itu, suara yang lama kuabaikan. Suara yang sangat lembut dan menenangkan. Batinku terasa sedih luar biasa, entah mengapa kesedihan yang luar biasa menghinggapiku. 
Lalu,
Ke sana kulayangkan pandanganku,
pada sebuah salib kasar dan hina
pada suatu keputusan yang tidak adil
pada jalan berdarah yang Ia lalui 
pada pengingkaran diri yang Ia hadapi 
serasa tatapanNya ke arahku, melihat dengan sebuah harapan
serasa darahNya mengalir ke bawah menyentuh kakiku
serasa keringat oleh lelah takut yang mengalir di tubuhNya terciprat dan tercium
Malam itu kuputuskan berdiam, mengakui betapa kasihku semakin menghambar pada Tuhan. Ketika yang kukejar bukan lagi kasih ataupun karuniaNya. Setiap pikiran tentang aku dan diriku kucampakkan bak sampah, sampah sungguh sampahlah semua yang kupikirkan dan kukejar hingga aku meninggalkan kepekaan, kasih yang dapat memuaskanku.
Dalam minggu menyambut Paskah ini, semoga suara itu pun engkau dengarkan teman. Suara itu akan sangat sulit untuk terdengar
bila tidak ada waktu yang disediakan...
bila tidak ada masa berhenti sejenak...
masa menahan lapar sejenak...
masa meninggalkan seluruh ‘sampah’ kehidupan sejenak.
Tinggalkan yang lain untuk tinggal menikmati waktu - waktu ini bersamaNya. Tinggal untuk mengenang kembali karya penebus, melihat kembali pada salib kasar lambang keselamatan. Jangan ijinkan rasa nyaman pada kasur guling dan nikmat suhu udara hari ini membuyarkan fokus pada salib, karena disanalah kehidupan kita dimulai dan kesana juga mata ini harusnya tertuju selama kaki masih melangkah di jalan kehidupan
“Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus,
Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya” (Fil 3 : 8 & 10)
Sejenak.. berhenti dan berdiam mengenang kembali karya keselamatan yang sudah Tuhan berikan. 

Paket Rinduku Menuju Surga 2~

Di akhir doaku malam ini kutitip pesanku untukmu ayahku terkasih. Di bayanganku aku masih dapat memelukmu, melihat senyum indahmu, dan bercerita denganmu. Di bayanganku engkau memberi nasihat indah padaku...di bayanganku engkau masih menjadi tempat mengadu yang ternyaman yang pernah ada. Aku rindu sangat rindu...
Ku harap Tuhan mendengar dan mengabulkan doaku yang terakhir, Dia memanggil namamu atau mungkin mengutus malaikatNya untuk menyampaikan paket rindu ini.

unknown.jpg
Sebenarnya aku ingin banyak bercerita mengenai kesusahan tanpamu. Pa..semakin berat tanpamu di sini. Mama sakit lagi, Henry juga sakit...apa mungkin mereka masih begitu terpukul tiap kali mengenangmu? padahal engkau sudah bahagia di sana Pa. Ah...aku tidak ingin sebenarnya bercerita tentang kesusahan...maafkan aku. 
Ketiadaanmu jelas membuat mama merasa perjuangan semakin berat. Tapi bersyukur Pa, tangan Tuhan tidak pernah berhenti memberi pertolongan. Mungkin beratnya hidup akan membuat dan mendidik kami menjadi semakin tegar, menjadikan aku Richard Henry dan Rina sebagai anak - anak Bapak yang tangguh. Pa...entah masih bisa atau tidak, kami masih rindu membayangkan senyum mengembangmu melihat ketangguhan kami.
Semoga dalam perjalananku & kami anak-anakmu terus dapat meniru pribadi yang indah sepertimu. Pribadi yang sederhana, yang tidak mengejar gemerlap dunia selain perkenanan Tuhan. Kami mampu bertahan untuk tidak mengikuti arus dunia yang semakin keras. Kami berharap dimampukan untuk menjadi orang yang serius dalam mengambil bagian di tengah dunia ini sesuai fungsi kami namun tetap mampu mensyukuri dan tertawa pada hal - hal kecil di sekeliling kami. Suatu saat dalam reuni yang indah kita akan bertemu kembali. Saat itu biarlah semuanya telah menyelesaikan tugasnya masing-masing. Pulang ke Rumah Bapa, menikmati kebahagiaan kekal. Miss u Pa
WIth love, your princess
23 March 2012, 00.00

Allah yang Heran


Besar Engkau Tuhan melebihi apapun
Tapi taka ada perkara terkecil yang luput dari perhatianMu
KebaikanMu sungguh mengatasi langit
Kebaikan tertinggi untuk manusia terendah sepertiku
PengampunanMu dahsyat tanpa batas
Mengampuni dosa yang dulu, sekarang dan yang akan datang

KemurahanMu berlaksa laksa, berjuta juta banyaknya
Tak pernah habis, bahkan di dalam ketidaklayakanku
menerimanya

RencanaMu dari kekal sampai kekal
Di tanganMu tiap keputusan
Tak terabaikan untuk tiap pribadi
images.jpg
Enkau jadikan tiap kami bagian dari rencanaMu
Category: 0 comments