Aku sayang Mama...


- Untuk Mama -
Orang - orang tengah merayakan World Mothers Day, merayakan betapa luar biasanya peranan Mama dalam kehidupan. Kurasa semua manusia akan bersaksi betapa luar biasanya Mama. Di dalam kandungan Mama aku dirajut Allah, dalam perjuangan taruhan hidup dan mati aku dihantarnya ke dunia. Tangannya membesarkanku, bahunya tempat seluruh tangis tumpah, dan berada di pelukan mama adalah tempat terhangat di dunia. Mamaku adalah orang yang paling berjasa di hidupku.
Sejak kecil telah menjadi tanggung jawab mama untuk mengurusi setiap keperluanku, teringat ketika pertama kali aku harus nge-kost di umur 18 tahun pun Mama dengan sengaja tinggal di Surabaya meninggalkan ke - 3 anaknya yang lain di Makassar demi memastikan kostku cukup nyaman, seperti membeli seprei yang bahkan hingga kerja masih bertahan kupakai, memastikan bahwa lingkunganku cukup aman dan nyaman. Terkadang Mama merisaukan hal - hal yang bagiku berlebihan karena begitu kasihnya padaku. Aku seringkali meng-address mama sebagai ‘Senapan Mesin’ yang tidak berhenti bicara, cerewet dan sok ngatur serta RIBUT tentu saja(maaf ya maaa). Hanya mama yang akan merepet (marah sambil bicara tanpa jeda dan panjaaannng) bila aku tidak mengahabiskan 1 gelas besar air di meja makan ketika akan berangkat sekolah. Hanya mama yang hingga besar begini masih menyuapi sarapanku bila aku tergesa - gesa berangkat, memarahiku bila susu dan telur ayam kampung di meja tidak habis (makanya sehat begini badanku), yang mengurut, membuatku dalam pertahanan lapis ke - 7 bila terkena gejala flu (masih gejala padahaaaall, please deh ma). Hal paling konyol dan tidak masuk akal adalah ketika mama melarangku mengikuti kamp, perkemahan hanya karena takut anak gadisnya ‘kenapa - kenapa’ (hadehhhh, kurung aja sekalian ma)
Banyak nilai nilai luar biasa yang diajarkan mama, kejujuran, kebaikan, kemurahan hati, Suatu saat aku pernah melihat mama menyerahkan seluruh uang yang ada di dompetnya karena tergerak belas kasihan, saking bablasnya kami tidak punya uang untuk membayar angkot dan terpaksa meminta Bapak menjemput. Setiap tahun mama harus sembunyi sembunyi dari Bapak karena menerima orang - orang yang tidak jelas pada Natal, memberi mereka makan bahkan menyakui mereka dengan makanan dan minuman dari rumah. Aku belajar bagaimana menjadi seorang yang perfeksionis dalam berprestasi karena mama selalu bilang ‘Prestasi itu hal yang biasa, bagian dari tanggung jawab seseorang yang mendapat kesempatan untuk belajar. Aku harus beri yang terbaik karena tidak semua orang seberuntung aku’. Tapi mamaku bukan mama yang sempurna, beliau pun punya kelemahan, dan dari kelemahan itu pun aku telah belajar banyak hal.
Masa paling berat adalah masa dimana mama harus belajar melepaskanku untuk menjalani kedewasaanku. Harapan mama dan keputusanku acap kali berbenturan. Hal yang berat baginya ketika aku banyak kali memilih pilihan hidup yang tidak sesuai dengan keinginannya. Pertama kali adalah ketika memilih sekolah. Mama ingin aku menjadi dokter dan berharap suatu saat aku akan duduk di bangku kuliah kedokteran. Sayangnya aku tidak punya minat sama sekali, dan bahkan ketika mendoakan bagian ini pun hatiku tidak tergerak sama sekali untuk menjalani pendidikan sebagai dokter (mama patah hati hehehe). Menjalani pendidikan sebagai anak teknik terus terang tidak mama sukai. Mama merindukan aku menjadi anak yang rapi bersih dan jadi wanita. Sebaliknya aku menjadi anak yang tomboy, jarang mandi, dan jauh dari unsur wanita (HAHAHA, sekarang sudah tobat kok). Beberapa pertentangan juga sering kali terjadi ketika aku ingin ikut kamp rohani dan harus meninggalkan studi beberapa saat meski aku sudah menjamin aku tidak akan ketinggalan.
Perjalanan hidupku perlahan lahan berubah ketika aku memutuskan mengikut Kristus sebagai Juruselamat dan pusat kehidupanku. Ada beberapa keputusan hidupku yang terkadang mebuat mama harus berjuang keras untuk melawanku. Beberapa kali aku lari dari panggilan demi mengikuti kenginan mama dan aku merasa tidak dalam damai sejahtera. Aku sangat mengasihi mama, tapi aku tidak mungkin memungkiri hasil dari pergumulanku. Seringkali batinku berkecamuk mengapa ketika aku berusaha untuk taat pada Tuhan, mama harus menjadi penghalangnya. Hukum ke 5 Tuhan bukankah aku harus menghormati orang tuaku? Semakin berat ketika hati mama tetap mengeras.
Mengikuti panggilan di dalam hatiku dan menjadi lawan mama bukanlah kondisi yang kuinginkan. Aku percaya bahwa tiap hati ada di tangan Tuhan, Dia yang mampu mengeraskan tapi Dia juga yang mampu mengubahkan. Seorang yang dewasa yang berkeputusan mengikut Kristus memang tak dapat menoleh ke belakang, seringkali ditolak di rumah sendiri, dan belajar memikul salib serta menyangkal diri. 
Pembaca blog ini mungkin juga berada dalam pergumulan yang sama denganku. Keputusan hidup dalam kedewasaan berarti tidak lagi hidup dalam tujuan untuk memuaskan diri sendiri, atau sekedar memuaskan keinginan orang tua dan komunitas, melainkan pilihan yang dubuat secara sadar demi tujuan mengikut KRISTUS. Seringkali ada harga yang harus dibayar demi ketaatan. Memang tidak bisa menyenangkan semua orang termasuk yang paling dikasihi
Ma, aku ini milik Kristus...mamapun milik Kristus, kelak aku pun akan menjadi Ibu, anak anakku pun milik Kristus.., tidak ada yang dapat menahan bila Tuhan mau mengambilku dari sisi mama begitupun sebaliknya.., maka kumohon lepaskanlah aku ma agar langkahku lebih ringan.

~ May 2012

Category:

0 comments:

Posting Komentar